Senin, 28 Februari 2011

Pusat Sumber Belajar, Organisasi PSB

1.              Belajar menurut  Sudjana (2000:5) adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu belajar.
Menurut Percival & Ellington (1998) Sumber belajar adalah satu set bahan atau situasi belajar yang dengan sengaja diciptakan agar siswa secara individual dapat belajar. Sumber belajar seperti inlah yang disebut media pendidikan atau media instruksional.
Dalam memilih sumber belajar harus memperhatikan kriteria sebagai berikut:
(1) ekonomis: tidak harus terpatok pada harga yang mahal;
(2) praktis: tidak memerlukan pengelolaan yang rumit, sulit dan langka;
(3) mudah: dekat dan tersedia di sekitar lingkungan kita;
(4) fleksibel: dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional dan;
(5) sesuai dengan tujuan: mendukung proses dan pencapaian tujuan belajar, dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa.
Sumber belajar memiliki fungsi :
  1. Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan (b) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah.
  2. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan cara: (a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan (b) memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannnya.
  3. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (a) perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b) pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.
  4. Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan kemampuan sumber belajar; (b) penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit.
  5. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit; (b) memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.
  6. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis.

Pada AECT, secara garis besarnya sumber belajar dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Sumber belajar
Defenisis
Contoh

Dirancang (by design)
Dimanfaatkan (by utilization)
Pesan
Informasi yang akan disampaikan oleh komponen yang lain dapat berbentuk ide, fakta, makna, dan data.
Bahan-bahan pelajaran
Cerita rakyat, dongeng, nasihat
Orang
Orang-orang yang bertugas menyimpan dan menyalurkan pesan.
Guru, actor, siswa, pembicara
Pemuka masyarakat, pimpinan kantor, responden
Bahan
Barang-barang yang biasanya menyimpan pesan untuk disalurkan melalui peralatan, kadang-kadang dapat pula menyajikan pesan tanpa bantuan peralatan
Transparansi, film/slide, buju, gambar
Relief, candi, arca
Alat
Barang-barang yang digunakan untuk menyalurkan pesan yang tersimpan pada bahan.
OHP, TV, radio, tape recorder
Generator, mesin, mobil
Teknik
Prosedur rutin atau pedoman langkah-langkah menggunakan bahan, peralatan, lingkungan, dan orang untuk menyampaikan pesan.
Ceramah, diskusi, sosiodarma, simulasi
Permainan, sarasehan, percakapan spontan
Latar
Lingkungan di mana pesan diterima
Ruang kelas, studio, perpustakaan, aula
Taman, kebun, pasar, museum, dan took


Pusat sumber belajar adalah suatu aktivitas yang terorganisasi yang terdiri dari pimpinan, karyawan, dan peralatan yang digunakan dalam satu atau lebih fasilitas khusus untuk menghasilkan, memperoleh, dan menyajikan bahan-bahan pengajaran dan pengawasan layanan pengembangan perencanaan yang berhubungan dengan kurikulum dan pengajaran pada sebuah lembaga pendidikan.
      
         Tujuan Pusat Sumber Belajar (PSB)
Pusat sumber belajar secara umum bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses belajar mengajar melalui pengembangan sistem instruksional (Mudhoffir, 2001).

Sedangkan  secara  khusus pusat sumber belajar bertujuan untuk :
a.     Menyediakan berbagai macam pilihan komunikasi untuk menunjang kegiatan kelas tradisional.
b.     Mendorong penggunaan cara-cara belajar baru yang paling cocok untuk mencapai tujuan program akademis dan kewajiban-kewajiban instruksional lainnya.
c.     Memberikan pelayanan dalam perencanaan, produksi, operasional, dan tindakan lanjutan untuk pengembangan sistem instruksional.
d.     Melaksanakan latihan untuk para tenaga pengajar mengenai pengembangan sistem instruksional baik integrasi teknologi dalam proses belajar mengajar
e.     Memajukan usaha penelitian yang perlu tentang penggunaan media pendidikan.
f.      Menyebarkan informasi yang akan membantu memajukan penggunaan berbagai macam sumber belajar dengan lebih efektif dan efisien.
g.     Menyediakan pelayanan produksi bahan pengajaran.
h.     Memberikan konsultasi untuk modifikasi dan desain fasilitas sumber belajar.
i.       Membantu mengembangkan standard penggunaan sumber-sumber belajar.
j.      Menyediakan pelayanan pemeliharaan atas berbagai macam peralatan.
k.     Membantu dalam pemilihan dan pengadaan bahan-bahan media dan peralatannya.
l.       Menyediakan pelayanan evaluasi untuk membantu menentukan efektifitas berbagai cara pengajaran (Mudhoffir, 2001)

Teknologi pendidikan adalah untuk mengkaji pokok telaah teknologi pendidikan yang menghubungkan bagaimana mempermudah orang untuk belajar dengan memberikan teori dan praktek, serta mendesain pengembangan dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar agar si belajar mau belajar. Dimana pendidikan yang diperoleh bukan saja diperoleh melalui lembaga pendidikan formal maupun non formal, tetapi didapat dari berbagai sumber baik dari orang tua, guru, maupun dari lingkungan itu sendiri dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar yang dirancang secara khusus, maupun yang telah tersedia untuk dimanfaatkan guna keperluan pendidikan.

Teknologi instruksional ialah “satu bagian dari teknologi pendidikan – dengan asumsi sebagai akibat dari konsep instruksional sebagai bagian pendidikan – bersifat rumit dan terpadu, melibatkan orang, prosedur, gagasan, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis dan mengolah masalah, kemudian menerapkan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah pada situasi dimana proses belajar terarah dan terpantau”. Rumusan tersebut mengandalkan teknologi pendidikan sebagai suatu proses – kegiatan berkesinambungan, dan merinci kegiatan yang harus dilaksanakan oleh para praktisinya.

2.              PERBEDAAN PEMBELAJARAN DAN PENGAJARAN
PENGAJARAN      :
·           proses belajar yang berlangsung dengan melibatkan peran guru sebagai pemberi    informasi.
·           Belajar terjadi di sekolah
·           interaksi satu arah dari guru (teacher oriented)
PEMBELAJARAN :            
·           proses belajar yang bisa berlangsung tanpa melibatkan peran guru sebagai  pemberi informasi.
·           Belajar terjadi dimana saja
·           Interaksi dua arah/ dialogis (student oriented)
PERBEDAAN ANTARA PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN DENGAN DESAIN SISTEM PEMBELAJARAN
*       Ditinjau dari skupnya, pengembangan sistem pembelajaran adalah lebih luas daripada desain pembelajaran. Atau dengan kata lain, desain sistem pembelajaran adalah merupakan bagian dari pengembangan sistem pembelajaran. Perbedaan ini dinyatakan oleh AECT (1979: 20) bahwa:
Desain pembelajaran merupakan bagian dari proses pengembangan pembelajaran, yang sesuai dengan fungsi desain dalam model Kawasan Teknologi Pendidikan, yaitu penciptaan spesifikasi sumber/komponen sistem pembelajaran.
*       Ditinjau dari segi hasil akhir yang dihasilkan adalah bahwa desain sistem pembelajaran kegiatannya hanya berhenti sampai menghasilkan rancangan atau desain saja, sedangkan pengembangan sistem pembelajaran berakhir sampai menghasilkan prototipe yang telah teruji efektivitas dan efisiensinya di lapangan.

Jadi, berdasarkan kedua perbedaan di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum “pengembangan sistem pembelajaran” lebih luas daripada “desain sistem pembelajaran”. Dengan kata lain, jika kita berbicara tentang pengembangan sistem pembelajaran berarti kita bicara pula tentang desain pembelajaran, tetapi tidak demikian sebaliknya.

B.        HUBUNGAN ANTARA PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN DENGAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Untuk dapat memahami tentang hubungan ketiganya tersebut, maka terlebih dahulu diperlukan pemahaman tentang konsepsi teknologi pendidikan dan teknologi pembelajaran itu sendiri.
Ø  Konsepsi Teknologi Pendidikan
Teknologi pendidikan adalah proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia (AECT, 1979: 12).
Di dalam teknologi pendidikan, pemecahan masalah itu terjelma dalam bentuk semua sumber belajar yang didesain atau dipilih atau digunakan untuk keperluan belajar. Sumber belajar tersebut meliputi orang, pesan, bahan, peralatan, teknik dan latar.
Ø  Konsepsi Teknologi Pembelajaran
Teknologi pembelajaran adalah proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari cara pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah-masalah dalam situasi di mana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol (AECT, 1979: 14).
Di dalam teknologi pembelajaran, pemecahan masalah itu berupa komponen sistem instruksional yang telah disusun dalam fungsi desain, dan dalam pemanfaatan, serta dikombinasikan sehingga menjadi sistem instruksional yang lengkap. Komponen-komponen tersebut meliputi: pesan, orang, bahan, peralatan, teknik, dan latar (lingkungan).
Ø  Hubungan antara Pengembangan Sistem Pembelajaran, Teknologi Instruksional dan Teknologi Pendidikan 
Teknologi pendidikan adalah suatu konsep yang besar. Ia meliputi seluruh proses belajar, baik yang bertujuan dan terkontrol maupun yang tidak bertujuan dan tidak terkontrol; baik yang makro maupun yang mikro. Di dalam teknologi pendidikan terdapat teknologi pembelajaran, yang khusus berurusan dengan proses belajar yang bertujuan dan terkontrol. Atau dengan kata lain, teknologi pembelajaran adalah bagian integral dari teknologi pendidikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan AECT (1979: 14) yang menyatakan bahwa teknologi pembelajaran adalah merupakan bagian dari teknologi pendidikan berdasar atas konsep bahwa pembelajaran adalah bagian dari pendidikan.
Pengembangan sistem pembelajaran adalah merupakan usaha yang sistematis dari teknologi pembelajaran untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Sadiman (1986: 12) menyatakan bahwa pengembangan pembelajaran adalah suatu usaha yang sistematis untuk menganalisis masalah, mengidentifikasi, memilih, merancang, dan menilai pemecahannya. Usaha tersebut dimaksudkan untuk menghasilkan suatu desain sistem pembelajaran yang komplit, terarah, dan terkontrol untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jadi, pengembangan sistem pembelajaran adalah bagian dari teknologi pembelajaran. Jika hubungan antara ketiganya dinyatakan dalam bentuk gambar, maka akan diperoleh gambar berikut ini:

DESAIN INSTRUKSIONAL
 “disain” berarti membuat sketsa atau pola atau outline atau rencana pendahuluan “mengembangkan” berarti membuat tumbuh secara teratur untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif, dan sebagainya.
Berbagai macam model pengembangan pembelajaran dikembangkan dengan tujuan :
1.       mudah dikomunikasikan kepada calon pemakai, baik guru maupun para pengelola pendidikan
2.       memperlihatkan tugas-tugas utama yang harus dikerjakan untuk pengelolaan pembelajaran
3.       memperlihatkan struktur semacam matrix antara tujuan belajar dan strategi belajar yang dapat dibandingkan antara satu dengan yang lainnya.

instructional design didefinisikan sebagai proses yang ditingkatkan melalui analisis dari pembelajaran yang dibutuhkan dan pengembangan yang sistematik dari material pembelajaran. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang “perlakuan” berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi, dan juga sering menggunakan teknlogi dan multimedia sebagai tool untuk meningkatkan instruksinya. Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji pada ilmu atau seni dalam pembelajaran dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas. Hasil dari pembelajaran ini dapat diamati secara langsung dan dapat diukur secara ilmiah atau benar-benar tersembunyi dan hanya berupa asumsi.

Pengertian Desain instruksional:
1.         Suatu proses yang kompleks & terpadu dari manusia, prosedur, ide, alat dan organisasi untuk mengelola usaha pemecahan masalah dalam situasi belajar yang bertujuan dan terkontrol (AECT, 1971).
2.         Pemecahan masalah pengajaran dengan pendekatan sistem berdasarkan konsepsi teknologi instruksional yang merupakan bagian dari teknologi pendidikan
3.         Pemecahan masalah berbentuk sistem instruksional yang lengkap, yang merupakan kombinasi dari komponen sistem instuksional yang sengaja dirancang, dipilih dan digunakan secara terpadu.
Contoh
Robert Gagne menciptakan sembilan langkah proses yang disebut tahapan dari proses instruksional, yang berhubungan dengan kondisi pembelajaran. Berikut ini adalah bagan dari sembilan langkah instruksi dari Robert Gagné ID model :

Berikut ini adalah penjelasan dari sembilan tahapan proses instruksional di atas:
1.       Gain attention (Menarik perhatian)
Perlunya menimbulkan minat dan perhatian siswa dengan mengemukakan sesuatu yang baru, aneh kontradiksi atau kompleks. Diharapkan siswa memiliki kepekaan indera untuk merespon dengan cepat stimulus yang diberikan. Ketika menarik perhatian siswa, pembimbing atau guru dapat memberikan gerakan isyarat atau merubah mimik muka dan suara tiba-tiba.
Contoh :
Mengenalkan hutan dengan cara mengajak siswa TK seolah-olah kemping.
2.       Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learners of the objective)
Perlunya mengatakan pada siswa apa yang akan diperoleh atau dikuasai setelah mengikuti pelajaran, sehingga siswa dapat mengetahui kemampuan yang dikuasai setelah mengikuti pelajaran. Menyampaikan tujuan pembelajaran bisa menjadi motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Contoh :
Kegiatan diawali dengan tanya jawab, untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa, dilanjutkan menyampaikan tujuan pembelajaran.
3.       Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari (Stimulating recall of prior learning)
Merangsang timbulnya ingatan tentang pengetahuan/keterampilan yang telah dipelajari yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi yang baru.
Contoh :
Di pertemuan berikutnya, untuk mengingat kembali pengetahuan tentang hutan, ajak siswa TKA mengklasifikasikan kepingan gambar yang disediakan.
4.       Menyampaikan materi pembelajaran (Presenting the stimulus)
Penyampaian materi pembelajaran dengan menggunakan contoh, penekanan baik secara verbal maupun “features” tertentu.
Contoh :
Guru menyampaikan materi “hutan” dengan bercerita menggunakan wayang hutan (dibuat sendiri, berupa gambar-gambar seperti : pohon, binatang, jamur, batu, matahari, air dll yang diberi tongkat). Guru juga mengajak siswa ikut memainkan wayang yang disediakan.

5.       Memberikan bimbingan belajaran (Providing “Learning Guidance”)
Bimbingan diberikan melalui persyaratan-persyaratan yang membimbing proses/alur berpikir siswa, agar memiliki pemahaman yang lebih baik. Berikan contoh-contoh, gambar-gambar sehingga siswa siswa dapat lebih memahami materi yang disampaikan.
Contoh :
Kegiatan berupa membuat peta pikiran di atas sebuah kertas besar atau papan tulis dengan spidol warna warni.
6.       Memperoleh unjuk kerja siswa (eliciting performance)
Siswa diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari atau untuk menunjukkan penguasaannya terhadap materi.
Contoh :
Di pertemuan berikutnya, untuk siswa TKA kegiatan berupa membuat gambar hutan, dan guru dapat memancing siswa bercerita tentang hutan melalui gambar yang siswa buat. Untuk siswa TKB kegiatan dapat berupa membuat maket hutan. Siswa TKB dapat membuat “hutan” nya sendiri atau berkelompok dengan bahan-bahan yang disediakan (karton, kertas warna, gunting, lem, dll) dan guru dapat memancing siswa bercerita tentang hutan malalui maket yang siswa buat.
7.       Memberikan balikan (Providing feedback)
Siswa diberi tahu sejauh mana ketepatan unjuk kerjanya (performance)
Contoh :
Berkaitan dengan poin sebelumnya yaitu memperoleh unjuk kerja siswa, guru dapat memberikan balikan atas hasil karya yang siswa buat. Misalnya, ketika siswa menunjukkan maket hutan buatannya, guru dapat mengajukan pujian atau mengajukan beberapa pertanyaan yang memancing siswa menceritakan hasil karyanya.
8.       Menilai hasil belajar (Assessing performance)
Memberikan tes atau tugas untuk menilai sejauh mana siswa menguasai tujuan pembelajaran
Contoh :
Minta siswa memilih sebuah kartu kata atau gambar berkaitan dengan hutan (siapkan kata atau gambar yang berbeda sejumlah siswa). Misalnya gambar pohon, batu, jamur dll. Ajak siswa bercerita di depan kelas sekitar 1-2 menit mengenai kata atau gambar tersebut. Guru dapat merekam cerita siswa tersebut dan memutarnya kembali setelah siswa selesai bercerita. Ajak siswa mendengarkan suaranya sendiri. Kegiatan ini juga mengajak siswa lainnya belajar menghargai temannya yang sedang bercerita.
9.       Memperkuat retensi dan transfer belajar (Enhancing retention and transfer)
Merangsang kemampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan memberikan rangkuman, mengadakan review atau mempraktekkan apa yang telah terjadi. Diharapkan nantinya siswa dapat mentransfer atau menggunakan pengetahuan, keahlian dan strategi ketika menghadapi masalah dan situasi baru.
Contoh :
Ajak siswa membaca/melihat gambar/mendengar guru membacakan koran anak (misalnya dalam lembar anak Koran Kompas edisi Minggu, Desember 2007 tentang pemanasan global). Ajak siswa kembali mengingat tema hutan dengan mengajak siswa menanam biji dari buah yang biasa mereka makan dan jadikan ini proyek berkelanjutan (menanam dan merawat pohon yang nantinya tumbuh).
Dick and Carey Model (DC) mengikuti pola dasar instructional design ADDIE ( analysis, design, development, implementation and evaluation ). Model Dick and Carey adalah salah satu dari Model Prosedural. Yaitu model yang menyarankan agar penerapan prinsip disain pembelajaran disesuaikan dengan langkah-langkah yang harus di tempuh secara berurutan. Model ini terdiri dari 10 komponen:
- Identifying goals
Menentukan tujuan dari sistem yang dibangun. Yang dimaksud dengan tujuan di sini adalah kemampuan yang dapat diperoleh pembelajar setelah menyelesaikan pelajaran.
- Conducting instructional analysis
Menentukan kemampuan apa saja yang terlibat dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan dan menganalisa topik atau materi yang akan dipelajari. Analisis ini akan menghasilkan diagram tentang keterampilan-keterampilan/ konsep dan menunjukkan keterkaitan antara keterampilan konsep tersebut.
- Identifying entry behaviors and learner characteristics
Menentukan kemampuan minimum apa saja yang harus dimiliki pembelajar untuk menyelesaikan tugas-tugas. Ketika melakukan analisis terhadap keterampilan-keterampilan yang perlu dilatihkan dan tahapan prosedur yang perlu dilewati, juga harus dipertimbangkan keterampilan apa yang telah dimiliki siswa saat mulai mengikuti pengajaran. Yang penting juga untuk diidentifikasi adalah karakteristik khusus siswa yang mungkin ada hubungannya dengan rancangan aktivitas-aktivitas pengajaran. Misalnya pembelajar harus memliki kemampuan membaca, kemampuan perhitungan dasar atau kemampuan verbal dan spatial. Kepribadian dari pembelajar juga mempengaruhi design yang akan dibuat.
- Writing performance objectives
Komponen ini bertujuan untuk menguraikan tujuan umum menjadi tujuan yang lebih spesifik pada tiap tahapan pembelajaran. Di tiap tahapan akan ada panduan pembelajaran dan pengukuran performansi pembelajar.
- Developing criterion-referenced test items
Test items harus dirancang untuk menyediakan kesempatan bagi pembelajar untuk mendemonstrasikan kemampuan dan pengetahuan yang dinyatakan dalam tujuan.
Bagian ini bertujuan untuk:
  • Mengetahui prasyarat yang telah dimiliki pembelajar untuk mempelajari kemampuan baru
  • Mencek hasil yang telah diperoleh pembelajar selama proses pembelajaran
  • Menyediakan dokumen perkembangan pembelajar untuk orang tua atau administrator
Bagian ini berguna untuk:
  • Memberikan evaluasi terhadap sistem yang digunakan
  • Pengukuran awal terhadap performansi sebelum perencanaan pengembangan pelajaran dan materi instruksional
- Developing instructional strategy
Menentukan aktifitas instruksional yang membantu dalam pencapaian tujuan. Dimana, strategi tersebut akan meliputi aktivitas preinstruksional, penyampaian informasi, praktek dan balikan, testing, yang dilakukan lewat aktivitas. Misalnya membaca, mendengarkan, hingga eksplorasi internet. Aktifitas instruksional ini dapat dikembangkan oleh instruktur sesuai dengan latar belakang, kebutuhan, dan kemampuan pembelajar atau bisa saja pembelajar menggabungkan pengetahuan yang baru didapatkan dengan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki untuk membentuk pemahaman baru. Proses pembelajaran juga dapat dilakukan secara berkelompok atau individual.
- Developing and selecting instructional materials
Bagian ini berkaitan dengan media yang digunakan untuk proses pembelajaran untuk menghasilkan pengajaran yang meliputi petunjuk untuk siswa, bahan pelajaran, tes dan panduan guru.  Media pembelajaran dapat berupa pemberian materi/perkuliahan, pemberian tugas, powerpoint, internet, paket computer-assisted-instruction, dan sebagainya. Permasalahan terletak pada penentuan media yang tepat untuk mencapai tujuan dan hal ini tidak sama untuk setiap pembelajar.
- Designing and conducting the formative evaluation of instruction
Formative evaluation bertujuan menyediakan data untuk revisi dan pengembangan instructional materials. Selain itu, Evaluasi ini juga dilakukan untuk mengumpulkan data yang akan digunakan untuk mengidentifikasi bagaimana meningkatkan pengajaran. Evaluasi ini dapat dilakukan, misalnya, dengan cara mewawancarai setiap pembelajar.
- Revising instruction
Revisi harus menjadi bagian konstan dalam proses design. Revisi dilakukan berdasarkan hasil dari tiap komponen model ini. Pada tahap ini, data dari evaluasi sumatif yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya diringkas dan dianalisis serta diinterpretasikan untuk diidentifikasi kesulitan yang dialami oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Begitu pula masukan dari hasil implementasi dari pakar/validator. Mungkin saja tahapan-tahapan pembelajaran kurang efektif dalam pencapaian tujuan akhir, atau aktifitas, media, dan penugasan yang telah ditentukan tidak membantu dalam memperoleh tujuan.
- Conducting summative evaluation
Summative evaluation bertujuan mempelajari efektifitas keseluruhan sistem dan dilakukan setelah tahap formative evaluation.
PENGEMBANGAN INSTRUKSIONAL
Pengembangan system pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sistematis dalam menilai, mendeskripsikan, mengidentifikasi, mengembangkan serta menggunakan komponen-komponen sisitem pembelajaran (peserta didik, tujuan, materi, media, metode dan evaluasi) demi tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Contoh :
ANALISIS KOMPONEN MODEL DICK AND CAREY PADA MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
1.         Mengidentifikasi Tujuan Instruksional Umum. Dalam tahap mengidentifikasi tujuan instruksional umum siswa diharapkan dapat menjelaskan pengertian dari politik luar negeri Indonesia setelah itu dapat menganalisis sifat-sifat politik luar negeri Indonesia yang bebas namun aktif. Kemudian diharapkan siswa dapat menguraikan makna politik luar negeri yang bebas aktif. Dan tujuan yang terakhir siswa diharapkan dapat menyebutkan sifat-sifat politik luar negeri yang lain

2.         Melakukan Analisis Instruksional. Dalam melakukan analisis saya menggunakan struktur prosedural karena dalam perilaku prosedural, kedudukan beberapa perilaku menunjukkan satu seri urutan penampilan perilaku, tetapi tidak adayang menjadi perilaku prasyarat untuk yang lain . Walaupu kedua perilaku khusus itu harus dilakukan berurutan untuk dapat melakukan suatu perilaku umum, tetapi setiap perilaku dapat dipelajari secara terpisah. Misalnya saja setelah siswa dapat menjlaskan pengertianpolitik luar negeri, siswa dapat menunjukkan sifat politik luar negeri kemudian menguraikan makna politik luar negeri bebas aktif. Menjelaskan politik luar negeri Menunjukkan sifat politik
luar negeri. Menguraikan makna politik luar negeri

3.         Mengidentifikasi Perilaku dan Karakteristik Awal Siswa. Disamping kita harus mengindentifiasi perilaku awal anak, pengembangan instruksional harus pula mengidentifikasi karakteristik anakyang berhubungan dengan keprluan pengembangan instruksional. Minat anak yang ada umumnya dapat dijadikan sebagai bahan contoh dalam rangka penjelasan materi pelajaran.  Teknik yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi karakteristik awal siswa harus disesuaikan dengan karakteristik siswa agar teknik yang diterapkan dapat berhasil sesuai dengan tujuan.

4.         Menulis Tujuan Instruksional Khusus. Dalam tujuan instruksional khusus digunakan untuk menyusun tes. Sehingga harus mengandung unsur-unsur yang dapat memberikan petunjuk kepada penyusun agar dapat mengembangkan tes yang benar-benar dan dapat mengukur perilaku yang ada didalamnya seperti ABCD
Audien
Yang dimaksud dengan audien adalah peserta didik dan segala karakteristiknya. Pada pendidikan Kewarganegaraan audien-nya adalah siswa SD kelas VI

Behavior
Behavior adalah perilaku yang muncul oleh mahasiswa setelah selesai proses belajarnya dalam pelajaran tersebut. Perilaku ini terdiri atas dua bagian penting yaitu kata kerja dan objek. Kata kerja menunjukkan bagaimana mahasiswa mendemonstrsasikan sesuatu seperti : menyebutkan, menjelaskan dan menganalisis. Objek menunjukkan apayang didemonstrsikan itu misalnya: definisi, dan kompetensi utama yang harus dicapai adalah menjelaskan pengertian politik luar negeri, menganalisis sifat dan menyebutkan sifat-sifat politik luar negeri.

Condition
Kondisi berarti batasan yang dikenakan kepada peserta didik atau alat yang digunakan peserta didik pada saat tes bukan pada saat dia belajar. Dalam pendidikan kewarganegaraan diharapkan siswa mampu untuk memahami dan menguasai maknapolitik luar negeri dalam waktu yang telah diracang dalam RPP.

Degree
Degree adalah standar gambaran kuantitas dan kualitas tingkat perubahan yang diharapkan akan dicapai oleh peserta didik setelah selesai proses yang dilakukan. Bukti pencapaian proses pembelajaran dinyatakan dalam prosentase (%), misalnya paling sedikit 80% benar, minimal 90% benar. Dalam pendidikan kewarganegaraan diharapkan siswa mempunyai perilaku atau sikapyang selalu positif dan menjadi warga negara yang baik.

5.         Menyusun Tes Acuan Patokan. Untuk menyusun tes acuan patokan perlu emlakukan langkah-langkah
1.           Menentukan maksud tes
a.     Memberikan umpan balik bagi mahasiswa tentang hasil belajar mahasiswa dalam setiap tahap proses belajarnya.
b.     Menilai efektivitas sistem instruksional secara keseluruan.
2.     Membuat tabel spesifikasi untuk setiap tes. Berikut adalah tabel spesifikasi
Daftar Perilaku Bobot Perilaku Jenis Tes Jumlah Butir Tes
1 2 3 4

3.     Menyusun tes acuan patokan adalah menulis butir tes
4.     Merakit tes. Butir tes yang telah selesai ditulis dikelompokkan atas dasar jenis kemudian di beri nomor urut.
5.     Menulis petunjuk
6.     Menulis kunci jawaban
7.     Mengujicobakan tes
8.     Menganalisis hasil uji coba
9.      Merevisi tes

6.         Menyusun Strategi Instruksional. Strategi adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai sedangkan strategi pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berikut adalah tabel strategi dalam pembelajaran.
A.  Pendahulua.
Urutan Kegiatan Pendahuluan Metode Media Waktu
Menyimak penjelasan guru tentang indikator yang harus dicapai Ceramah Buku RPP 5 menit.Siswa membagi diri dalam kelompok dan menyiapkan materi diskusi Penampilan Buku dan siswa 5 menit
B. IntiUrutan Kegiatan Pendahuluan Metode Media Waktu.
·       Menganalisis materi yang sudah dipelajari Studi mandiri Buku kewarganegaraan 10 menit
·       Mendiskusikan materi tentang politik luarnegeri dan syarat-syaratnya Diskusi OHP, Laptop 15 menit
·       Masing-masing kelompok melaporkan hasil Proyek Buku tulis, bolpoin, kertas 5 menit
·       Guru mengklarifikasi hasil diskusi Ceramah 10 menit
Siswa menyimpulkan dari hasil klarifikasi guru Latihan dengan teman Buku tulis, bolpoin, kertas 10 menit
 C   Penutup.
Urutan Kegiatan Pendahuluan Metode Media Waktu
Siswa diberi tugas mandiri untuk bahan pendalaman materi Studi mandiri Buku pelajaran
7.         Mengembangkan Bahan Instruksional.
Bahan instruksional terdiri ata bahan belajar yang akan digunakan peserta didik (siswa), pedoman peserta didik, dan pedoman pengajar termasuk tes. Terdapat 3 macam pengembangan bahan instruksional, yaitu :
1.     Pengembangan bahan belajar mandiri. Bahan belajar mandiri mempunyai empat ciri pokok sebagai berikut

1)    Uraian dalam bahan harus jelas sehingga tidak perlu penjelasan tambahan dari pengajar.
2)    Dalam bahan terdapat petunjuk kapan mahasiswa boleh terus maju ke bagian berikutnya dan kapan harus mengulang mempelajari bahan belajaryang sama atau bahan yang lain sehingga siswa yang telah menguasai lebih dulu bisa belajar terus tanpa harus menunggu siswa lain yang lebih lambat.
3)    Dapat dipelajari siswa menuut waktu dan tempat yang dipilihnya.
4)    Mampu membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran, seperti mengerjakan tes, latihan atau kegiatan praktek.

2.     Pengembangan bahan pengajar konvensional. Bahan pengajaran konvensional adalah pengajar dan bahan-bahan pengajaran. Satu-satunya yang diberikan kepada siswa berupa transparasi, gambar dan bagan yang dibagikan kepada sisaw tetapi digunakan sebagai media instruksional.
3.     Pengembangan bahan PBS. Untuk mengmbangkan bahan PBS ini, dengan menggunakan strategi instruksional di tangan memilih dan mengumpulkan bahan instruksionalyang kebetulan tersedia ilapangan dan relevan dengan strategi instruksional yang telah dimilikinya. Bahan-bahan tersebut tidak perlu diubah baik isi maupun formatifnya. Segala kekurangan untuk memenuhi strategi instruksional diisi oleh pengajar. Karena itu, kompleks tidaknya petunjuk pengajar untuk PBS sangat tergantung kepada relevan si bahan instruksionalyang tersedia di lapangan dengan strategi pengajaran yang telah disusun sebelumnya.
8.         Mendesain dan Melaksanakan Evaluasi Format. Evaluasi formatif dapat didefisinikan sebagai proses menyediakan dan menggunakan informasi untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan dalam rangka meningkatkan kualitas produk atau program instruksional. Pengembangan instruksional melakukan empat tahap evaluasi formatif yaitu review oleh ahli bidang studi di luar tim pengembangan instruksional, evaluasi satu-satu, evaluasi kelompok dan uji coba lapangan.

9.         Mendesain dan Melaksanakan Evaluasi Sumatif. Evaluasi sumatif dapat diartikan sebagai evaluasi dari keseluruhan proses pembelajaran. Biasanya dilaksanakan pada akhir semester untuk mengukur tingkat prestasi siswa.

10.      Merevisi Kegiatan Instruksional. Merevisi sama halnya dengan memperbaiki, menambah atau mengurangi seluruh aspek kegiatan instruksional atau pembelajaran guna menjadikan model pembelajaran yang tepat dan sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran.

3.              Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya :
  1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.
  2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek, yang disebabkan, karena : (a) obyek terlalu besar; (b) obyek terlalu kecil; (c) obyek yang bergerak terlalu lambat; (d) obyek yang bergerak terlalu cepat; (e) obyek yang terlalu kompleks; (f) obyek yang bunyinya terlalu halus; (f) obyek mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu dapat disajikan kepada peserta didik.
  3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.
  4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan
  5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
  6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
  7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
  8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak
Terdapat berbagai jenis media belajar, diantaranya:
  1. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
  2. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
  3. Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya
  4. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.
Dalam media pembelajaran terdapat dua unsur yang terkandung , yaitu
(a) pesan atau bahan pengajaran yang akan disampaikan atau perangkat lunak, dan
(b) alat penampil atau perangkat keras.
Kriteria Pemilihan media pembelajaran, mencakup:
  1. Topik menarik minat siswa.
  2. Materi dalam media penting bagi siswa.
  3. Relevan dengan kurikulum yang berlaku.
  4. Apakah materinya autentik dan aktual.
  5. Apakah fakta atau konsepnya benar.
  6. Format sistematis dan logis.
  7. Objektif orientasi kebutuhan siswa.
  8. Narasi, gambar, efek, warna dan sebagainya memenuhi syarat kualitas.
  9. Bahasa, simbol dan ilustrasi cukup komunikatif.
  10. Sudah teruji daya dukungnya.

Dick dan Carey (1978) menyebutkan bahwa disamping kesesuaian dengan tujuan perilaku belajarnya, setidaknya ada empat faktor yang harus diperhatikan atau dipertimbangkan dalam pemilihan dan penetapan media yaitu :
1.         Ketersediaan setempat, artinya ketersedian media itu ditempat dan media tersebut sesuai dapat digunakan untuk mengefektifkan kegiatan pembelajaran
2.         Media itu apakah harus dibeli atau memproduksi sendiri, artinya media yang akan digunakan apakah sudah ada dan kalau belum apakah dapat terjangkau dengan kemampuan yang ada, serta apa sudah ada tenaga yang memiliki keahlian dalam mengopersikan media tersebut, sehingga penggunaan media itu dapat efektif pada proses pembelajaran
3.         Faktor keluwesan, kepraktisan dan ketahanan, artinya bahwa dalam pemilhan media harus dierhitungkan keefektifan penggunaannya, sehingga dapat mendukung keefektifan dalam proses pembelajaran guna untuk mencapai hasil optimal
4.         Kepraktisan media yang dipilih dan ditepkan, artinya media tersebut memiliki karakteristik atau prinsip-prinsip baik secara umum maupun secara khusus serta tidak statis dan dapat digunakan setiap saat serta dapat digunakan secara bergantian

Alat Peraga
Kata kunci dalam memahami alat peraga dalam konteks pembelajaran adalah Nilai Manfaat , dalam arti segala sesuatu  alat yang dapat menunjang keefektifan dan efesiensi penyampaian, pengembangan dan pemahaman informasi atau pesan pembelajaran.  Ada istilah lain dari alat  peraga ini, diantaranya sering disebut sebagai sarana belajar.
 Pemilihan Alat Peraga
Terdapat kriteria yang perlu diperhatikan dalam pemilihan alat peraga untuk pembelajaran masa kini terutama jika melihat karakteristik KBK, yaitu mencakup:
  1. kesesuaian alat pengajaran yang dipilih dengan materi pengajaran atau jenis kegiatan yang akan  dilakukan oleh siswa;
  2. kemudahan dalam memperoleh alatnya dan kemudian dalam perancangannya;
  3. kemudahan dalam penggunaannya;
  4. terjamin keamanan dalam penggunaannya;
  5. kemampuan dana;
  6. kemudahan dalam penyimpanan, pemeliharaan dan sebagainya.

Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan pusat sumber belajar, yaitu : manajemen, desentralisasi, control dan standart.
1.       Manajemen
Aspek yang paling menentukan dari manajemen ada tiga aspek, yaitu : servis (layanan), kepemimpinan (Leadership), dan struktur administrasi universitas (university administrative structure).
a)       Layanan (Service)
Ada lima jenis layanan yaitu:
1.       Layanan Produksi (production services)
Bidang layanan termasuk persiapan dan produksi pertunjukkan televisi baik rekaman maupun langsung, materi photografi seperti photo yang dicetak, slide, dan gambar bergerak, materi grafik termasuk diagram, dan pameran.
2.     Layanan Kelompok Presentasi/Penyaji (Group presentation Services)
Kegiatan layanan ini termasuk kegiatan yang dapat mendukung kegiatan seorang instruktur seperti mengajak sekelompok mahasiswa atau siswa baik itu di sebuah ruangan kelas, di ruangan seminar atau laboratorium. Layanan ini biasanya menyediakan alat bantu pembelajaran misalnya gambar film bergerak. Seorang struktur mempersiapkan anggota kelasnya untuk menyaksikan apa yang seharusnya mereka tonton, menyela diantara waktu penyajian dengan pertanyan-pertanyan kunci, dan pada akhirnya mengarahkan sebuah pertanyaan menuju ke sebuah diskusi untuk mengetahui apa saja yang telah berhasil dipahami/diperoleh mahasiswa/ siswa dari pembelajaran tersebut.
3.       Layanan Penyajian Pembelajaran Mandiri (Self-Instruktional Presentation Services)
Kegiatan pada layanan ini berupa kegiatan yang mendukung siswa untuk dapat lebih bertanggung jawab pada proses belajarnya yang merupakan bagian dari pembelajaran
4.       Layanan Pengembangan Pembelajaran (Instruksional Development Services)
-            Keberadaan layanan ini dilakukan oleh PSB melalui kerja sama dengan seorang konsultan.
-            Melibatkan pengindenfikasian tujuan khusus, penelusuran atau pengindetifikasian karakter siswa, pengembangan desain sistem belajar agar tercapai tujuan khusus yang telah ditetapkan, dan evaluasi sistem pembelajaran.
5.       Layanan Perencanaan (Planning services)
Layanan ini meliputi pelayanan yang kooperatif untuk menjamin keberadaan seluruh komponen yang mendukung keberadaan sekolah dan kurikulum, mempersiapkan peralatan dan fasilitas yang khusus diperuntukkan konstruksi bangunan baru, dan menjamin dana yang sesuai.
b)       Kepemimpinan (Leadership)
Kelima jenis pelayanan tersebut diatas menjadi sia-sia jika tidak ditangani oleh manajemen yang memadai. Potensi untuk mengembangkan pengajaran di sebuah universitas dapat terealisasi melalui rencana pembelajaran. Sebaiknya seorang direktur PSB baik di sebuah universitas atau akademi berperan dalam proses menganalisis tujuan dan desain strategi dalam upaya pencapaian tujuan tersebut. Seorang direktur sebaiknya juga memiliki orientasi yang mengarah pada perbaikan pengajaran di institusinya daripada manajemen pengadaan fasilitas media, lebih berkonsentrasi dan memiliki kompetensi di bidang perbaikan kurikukum, dan memiliki keterampilan dibidang yang menjadi perhatian fakultas dalam perbaikan pengajaran. Pimpinan PSB sebaiknya diseleksi berdasarkan standart yang tradisonalnya adalah persiapan akademis.
c)       Struktur Administrasi Universitas (University  Administrative Struktur)
Struktur Administrasi Universitas yang paling sesuai adalah yang paling mampu memfasilitasi fungsi-fungsi organisasi yang dirancang untuk diterampilkan. Faktor kunci dari struktur administrative universitas adalah (1)  tingkat penempatan pimpinan (direktur), (2) hubungan dengan perpustakan, dan internal organisasi PSB itu sendiri.
1)       Tingkat penempatan pimpinan (level of directory placement)
Ericson (1968) dalam Meril dan Drob (1977:37) menyatakan bahwa penempatan Direktur PSB dalam suatu organisasi merupakan hal yang sangat vitual. Kepemimpinan, proses pengambilan keputusan, aktivitas perancangan dan perencanaan, rasa tanggung jawab, pendeknya semua bagian dari kapasitas yang merupakan subyek dari sebuah perubahan, merupakan faktor-faktor vital yang terlibat.
2)       Hubungan PSB dengan perpustakaan
Pusat sumber belajar harus memiliki koordinasi yang baik denga perpustakaan. Bentuk kerjasama yang paling ideal adalah mengorganisir perpustakan berupa media cetak dan media non cetak. Hasil studi (Miller, 1970) berpendapat bahwa penggunaan media audiovisual lebih banyak diminati dibandingkan media lainnya yang terdapat dalam suatu perpustakaan.
2.       Desentralisasi (decentralization)
Sebuah PSB dengan klien yang banyak dan bervariasi harus siap untuk beradaptasi dengan kebijakan dan standar umum. Namun, sebaliknya kebijakan umum juga bisa menghambat prestasi institusi secara keseluruhan. Mengingat sebuah instituasi harus mampu untuk fleksibel dan tantangan-tantangan khusus. Untuk itu PSB harus memikirkan dalam sistem yang memingkinkan desentralisasi fisik dan desentralisasi administrasi.
a)       Desentralisasi fisik (physical decentralization)
Pada sebuah institusi besar (misalnya universitas yang melayani puluhan ribu mahasiswa).desentralisasi fisik mungkin perlu untu dilaksanakan. Gedung pustaka atau pusat pelayanan informasi harus dibuat beberapa, yang masing-masingnya memiliki independensi tersendiri.
b)       Desentralisasi Administratif (Administratif Decentralization)
Yang dimaksud dengan desentralisasi administrasi adalah adanya pengalihan otoritas dari atau pendelegasian fungsi atau kekuasaan dari otoritas sentral kepada otoritas regional. Hal ini akan menambah efektivitas pelayanan.
3.       Kontrol dan Standar (Controls and Standards)
Control dan standar diperlukan, agar menjamin efektivitas dan efisiensi kegiatan. Ada lima sistem program yang mempengaruhi efektivitas pembelajaran, yakni :
a)       Sistem Instruksional (The Instructional System)
Berisikan seluruh metode dan material yang harus diselesaikan untuk melengkapi tujuan instruksional khusus.
b)       Sistem Pelatihan (The Training System)
Materi dan prosedur yang dibutuhkan untuk melatih guru dan profesi lainnya yang bertanggung jawab untuk mendukung pembelajaran.
c)       Sistem Instalasi (the Installation System)
Terdiri dari prosedur dan material yang dibutuhkan oleh seorang pengguna untuk mengenalkan dan memasang program pembelajaran yang efektif.
d)       Sistem Akuntabilitas (The Acountability System)
Merupakan bagian utama dari control dan standar. Termasuk didalamnya seluruh mekanisme yang dibutuhkan untuk memelihara kecakapan siswa secara maksimum dan terjaminnya sistem pembelajaran, sistem penilaian dan sistem instalasi.
e)       Sistem Modifikasi (The Modification System)
Pengadaan sistem ini untuk program evaluasi dan program peningkatan. Termasuk di dalamnya prosedur, material dan strategi yang dibutuhkan untuk menganalisa operasi dari sistem yang disebut di atas, dan mendeteksi adanya keterbatasan spesifik, dan untuk member efek pada peningkatan program dan kinerja.
Organisasi Pusat Sumber Belajar (Learning Resources Center )
Bila dilihat pengorganisasian pusat sumber belajar (PSB) maka secara umum dapa digolongkan menjadi tiga pola, yaitu:
1.     Pola terpisah
Tiap bagian berdiri sendiri (otonom) dengan demikian tiap bagian bebas mengurus bagian nya sendiri tanpa terikat oleh peraturan dari bagian lain nya.misal nya bagian audio merupakan bagian yang terpisah dari bagian televisi sekalipun berhubungan dengan  sangat erat .
Kelebihan lain adalah dapat melayani lebih leluasa dan lebih akrab karena klien yang datang khusus ke bagian tersebut tidak sebanyak bila semua bagian berada  pada satu tempat yang sama.kemungkinan juga ruangan yang lebih nyaman.dengan terpisah-pisah bagian-bagian secara fisik maupun administrasi maka bagian tersebut dapat di tempatkan mendekati  klein yang paling seringg membutuhkan.
 Kekurangan
1.       karena tiap bagian tempat nya terpencar-pencar maka secara keseluruhan memerlukan tambahan tenagha dan pengamana yang cukup.
2.       jumlah anggran yang di sediakan secara keseluruhan menjadi lebih banyak.
3.       Tenjadi tumpang tindih dalam tugas.misal nya pada bagian grafis yang terdiri sendiri terlepas dari bagian produksi slide misal nya,tidak perlu.karena bagian grafis tersebut berada selain diluar bagian produksi maka jumlah peralatan dan bahan juga dapat menjadi dua kali lipat.hal tersebut berarti merupakan penggunaan tenaga yang tidak efektif dan merupakan pemborosan biaya. Contoh lain misal nya pada bagian televisi,biasa nya ada seksi yang bertugas membuat still pictur,apakah berupa foto,slide atau filmstrip untuk menunjang produksiprogram –program televisi pendidikan,implikasi lain dari kelemahan ini juga mengakibatkan jumlah staff dan peralatan dapat menjadi dua kali lebih besar.
4.       Karena semua bagian  ingin bebas mengatur diri nya sendiri, biasa nya selalu  berebit dana (Competition in budget).karena tiap bagian berdiri sendiri  swcara terpisah,karena baik admistrasi maupun fisik, maka agak sulit di kontrol dan memerlukan tenaga pengamanan yang lebih banyak, bahkan banyak yang tidak terjamin keamanan nya.
2.         Pola Terpusat
Secara analog pola terpusat ini adalah kebaikan dari pola terpisah.
Kelebihan:
1.          secara fisik lokasi tidak terpisah.seluruh bagian,seksi, seketariat ,pimpinan dan nara sumber beradadalam satu gedung
2.          karena semua  unsur pimpinan,pengelola,petugas sarana dan peralatan berada dalam satu gedung,maka sangat memudahkan pengawasan prosedur kerja,penggunaan ruang dan peralatan,serta pengawasan  penggunaan keuangan.
3.          Secara administrasi hanya ada top manajer.dengan demikian  dapt di hindari hambatan birokratis antar bagian atau antar seksi ,demikian juga hal nya hanya ada satu laporan dari top manajer ke atas (pembantu rektor bidang akademis). Pada pola terpisah  tiap bagian semua  melapor sendir-sendiri kepad pembantu rektor  bidang akademis.
4.          Hubungan kerja makin erat saling mendukung.misal nya suatu produksi  sendiri tanpa bantuan dari bagian grafis,fotografi,film dan audio.
5.          Dengan demikian penggunaan dana ,sarana,peralatan,dan pelaksanaan administratif lebih effisien.

3.     Pola Hybrid
                Pola ini adalah kombinasi dari pola terpisah dan pola terpusat.karena kedua pola terdahulu  mengandung kelebihan dan kekurangan,maka pola hybrid  ini dapa di terapkan sebagai alternatif lain.
Kekurangan dari pola tersebut ialah mungkin gedung pusat sumber belajar yang merupakan kumpulan dari media cetak, peralatan, bahan, studio, labolatorium, ruang perkantoran, bagian perbaikan (teknisi) adalah suatu bangunan yang relatif besar berdiri sendiri.oleh karenanya tidak jarang memerlukan lokasi sendiri yang kadang-kadang terpisah dengan ruang perkuliahan.adanya jarak ini menimbulkan  kesulitan terutama dalam melayani klien yang volume permintaanyan sangat padat dan membutuhkan pelayanaan yang cepat.
                Kesulitan ini yang hendak di atasi oleh pola hybrid ini.pola hybrid membenarkan sistem kerja pola terpusat  tetapi tidak seluruh nya.staf pengajar dan mahasiswa dari fakultas atau jurusan tertentu memerlukan literatur,bahan,peralatan dan pelayanaan  khusus,sesuai dengan kebutuhannya,dan sering harus segera di layani.apakah yang di butuhkan tidak sama dengan kebutuhan staf  pengajar dan mahasiswa dari fakultas dan atau  jurusan lain ,karena desakan inilah  maka pola tersebut di tambah dengan satelit.satelit ini merupakan  pelayanan khusus untuk  klien tertentu misal nya jurusa geografi tersebut berada perlu di sediakan media cetak,bahan, peralatan ,yang khusus oleh satelit yang merupakan bagian  atau koordinasi oleh pusat sumber belajar tingkat universitas  atau institut, demikian juga untik  fakultas atau jurusan lain yang volume nya pelayanaan nya khusus dan padat.
                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar