Dengan adanya motivasi, siswa akan belajar keras, ulet, tekun dan memiliki konsentrasi penuh dalam proses belajar pembelajaran. Motivasi dari dalam diri siswa SMK keinginan untuk bekerja ataupun melanjutkan pendidikan merupakan faktor intrinsik yang mempengaruhi pencapaian prestasi belajar. Kebanyakan siswa SMK Bisnis dan Manajemen berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah sehingga keinginan untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi sangat sedikit jumlahnya, hanya dari kalangan siswa yang orangtuanya berpenghasilan lebih dari cukup.
Dorongan motivasi belajar adalah upaya pembelajaran di sekolah. Orientasi siswa yang ingin memasuki dunia kerja merupakan hal wajar karena sesuai dengan kurikulum SMK yang mempersiapkan lulusannya untuk bekerja Sedangkan orientasi siswa untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi timbul berawal dari adanya minat yang besar untuk memperdalam ilmu di jenjang yang lebih tinggi sehingga akan menguasai ilmu dalam tataran yang lebih kompeks.
Pengertian Belajar
Belajar dapat diidentifikasi sebagai proses perubahan tingkah laku akibat interaksi individu dengan lingkungannya. Snellbecker (1974) dalam Reigeluth (1983 : 441) mengidentifikasi ciri-ciri perubahan tingkah laku yang diperoleh dari hasil belajar yaitu: terbentuknya tingkah laku yang baru berupa kemampuan actual dan potensial, kemmpuan tersebut berlaku dalam waktu yang relative lama, dan kemampuan tersebut diperoleh melalui usaha.
Secara kualitas hasil belajar menunjukan kebermaknaan isi bahan yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan kuntitas menunjukan jumlah variasi hasil belajar yang dapat dicapai oleh pembelajar. Efisiensi diukur berdasarkan waktu yang dibutuhkan pembelajar untuk belajar,dalam arti semakin sedikit waktu yang dibutuhkan pembelajar untuk memahami isi materi pelajaran, maka semakin efisien hasil belajar yang diperoleh. Sedangkan daya tarik diukur dari ada tidaknya kecendrungan pembelajar termotivasi untuk belajar labih lanjut dalam arti mengembangkan wawasan berdasarkan hasil belajar yang telah diperoleh.
Hasil belajar biasa dilihat dalam bentuk skor yang diperoleh setelah siswa mengikuti proses belajar dan pengujian terakhir untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Arikunto (1999) mengemukakan untuk mengetahui hasil belajar yang dilakukan oleh siswa maka dilakukan penilaian,yang berfungsi sebagai pengukur keberhasilan.
Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang ditandai dengan perubahan pada diri seseorang sebagai hasil dari proses belajar dengan melakukan penilaian sebagai bahan evaluasi dari tingkat keberhasilan. Dengan demikian, belajar merupakan aktivitas mental yang membawa perubahan relatif permanen dan diperoleh melalui pengalaman. Perubahan tingkah laku yang dapat diamati dari penampilan orang yang belajar adalah hasil belajar. Pada hakikatnya hasil belajar menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mengikuti suatu proses pembelajaran.
Hakikat Motivasi Belajar
Motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah atau semangat dalam belajar, sehingga siswa yang bermotivasi kuat memiliki enersi banyak untuk melakukan kegiatan belajar.
Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut Winkel (2009: 169) Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.
Menurut Kellough (2000) dalam Jacobsen, Eggen dan Kauchack (2009:11) Peran guru yang penting dalam mendorong pembelajaran siswa adalah meningkatkan motivasi untuk belajar. Untuk melakukan tugas ini, guru perlu memahami siswa-siswa yang baik agar nantinya guru mampu menyediakan pengalaman-pengalaman pembelajaran, yang akan menemukan sesuatu yang menarik, bernilai, dan secara intrinsik memotivasi, menantang dan berguna bagi mereka.
Motivasi belajar tidak hanya memberikan kekuatan pada daya upaya belajar, tetapi juga memberikan arah yang jelas. Motivasi bukan hanya berperan di sekolah, melainkan juga dalam bidang-bidang kehidupan yang lain. Dibedakan antara “Motif” dan “Motivasi”.
Menurut Winkel (2009:169) “Motif adalah daya penggerak di dalam diri orang untuk melakukan setumpuk aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu. Motif itu merupakan suatu kondisi internal atau disposisi internal (kesiapsiagaan). “Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif pada saat-saat tertentu”
Menurut Winkel (2009:194) Motivasi belajar di sekolah lazim dibedakan atas dua bentuk, yaitu :
1. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah aktivitas belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar sendiri. Motivasi ekstrinsik ini lebih kurang meliputi manfaat suatu tugas belajar untuk memenuhi suatu kebutuhan (attainment value) atau sebagai sarana untuk mencapai target (instrumental value), namun, kebutuhan yang akan dipenuhi terbatas pada berkekurangan (deficiency need) dalam sitematika Maslow mengenai kebutuhan manusia. Motivasi belajar ekstrinsik bukanlah bentuk motivasi yang berasal dari luar siswa, misalnya dari orang lain. Motivasi belajar selalu berpangkal pada suatu kebutuhan yang dihayati oleh orangnya sendiri, biarpun orang lain mungkin memegang peranan dalam menimbulkan motivasi itu. Maka, yang khas pada motivasi ekstrinsik bukanlah ada atau tidaknya adanya pengaruh dari luar, melainkan apakah kebutuhan yang ingin dipenuhi pada dasarnya hanya dapat dipenuhi dengan melalui belajar atau sebenarnya juga dapat dipenuhi dengan cara lain.
Yang terdorong dalam motivasi ekstrinsik antara lain : (1) Belajar demi memenuhi kewajiban; (2) Belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan; (3) Belajar demi memperoleh hadiah material yang dijanjikan; (4) Belajar demi meningkatkan gengsi social; (5) Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting, misalnya guru dan orang tua; (6) Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan jenjang/ golongan administrative.
2. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik merupakan kegiatan belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar itu. Misalnya, siswa belajar karena ingin mengetahui seluk beluk suatu masalah selengkap-lengkapnya, ingin menjadi orang yang terdidik atau ingin menjadi ahli dibidang ilmu tertentu. Semua keinginan ini berpangkal pada penghayatan kebutuhan dan siswa berdaya upaya melalui kegiatan belajar, untuk memenuhi kebutuhan itu.
Dari batasan-batasan tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi adalah suatu dorongan yang menimbulkan siswa untuk melakukan aktivitas belajar sehingga tujuan yang dikehendaki siswa dapat tercapai. Siswa harus terus belajar dengan menggerakkan motivasi yang terpendam agar nantinya dapat memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Peranan guru disini juga tidak kalah pentingnya yakni dengan pemberian motivasi ekstrinsik sebagai rangsangan dari luar untuk terus menggerakkan belajar siswa baik itu melalui pemberian motivasi, pujian, kompetisi dan lain-lain.
hubungan motivasi dengan hasil belajar
hubungan motivasi dengan hasil belajar
Sudrajat (1994:60) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai siswa dalam mengikuti program belajar mengajar yang dinyatakan dengan angka-angka atau simbol-simbol sesuai dengan tujuan pendidikan.
Tingkat kemampuan siswa dari hasil belajar ini dapat dilihat dari kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik (Bloom, 1986) dalam Winkel (2009) Hasil belajar ini dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, atau kata-kata baik, sedang, dan kurang. Dari kedua pendapat di atas, dapat disebutkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan siswa yang indikasinya berupa penguasaan pengetahuan, perubahan sikap, dan peningkatan keterampilan yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan belajar. Hasil belajar ini merupakan kemampuan aktual yang dapat diukur langsung melalui tes yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Gagne (1977) dalam Bigge ( 1982) mengelompokkan hasil belajar menjadi lima kategori, yaitu: keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan motorik, dan sikap. Kemampuan yang dikemukakan di atas harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Tiga kategori pertama Gagne yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, dan strategi kognitif dapat disejajarkan dengan ranah kognitif Bloom yang telah direvisi (Anderson, dkk, 2001), yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), evaluasi (C5), dan kreativitas (C6).
Reigeluth (1983) menyatakan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh interaksi antara metode pengajaran dan kondisi pengajaran. Hal-hal yang termasuk metode pengajaran antara lain strategi pengorganisasian, strategi pengelolaan pembelajaran dan penyampaian. Selanjutnya hal-hal yang termasuk kondisi pengajaran adalah karakteristik siswa, karakteristik isi pengajaran, kendala pengajaran, dan berbagai kondisi lain dalam proses pembelajaran.
Sedangkan menurut Bloom (1986) dalam Winkel (2009: 272), ada dua faktor yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, yaitu kualitas pembelajaran dan karakteristik siswa. Dalam proses penilaian belajar yang berhubungan dengan aspek kognitif biasanya diukur dengan menggunakan tes, sedangkan penilaian hasil belajar yang berhubungan dengan aspek afektif dan keterampilan biasanya diukur dengan alat ukur yang dikategorikan dengan non tes (Nasution dan Suryanto, 2002)
daftar rujukan
Jacobsen, David and Eggen and Kauchak. 2009. Methods for Teaching. Jakarta. Pustaka Pelajar
Winkel, W. S. 2007. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.
banyak hal yang bisa dijadikan motivasi
BalasHapus1. pemberian hadiah
2. pujian
3. semangat untuk memacu prestasi lebih baik
4. memberikan nilai bagus dll